Laman

Kamis, 31 Mei 2012

atas

Ketika anda sedang terbaring
Dan anda melihat ke atas langit
"Sungguh tinggi dan aku tak akan sampai"

Selasa, 22 Mei 2012

sebuah cerita

Langkah yang jauh dengan tangan kosong

Berbuai senyum dan angan
Kaki telanjang menginjak jalanan
Membawa sebongkah mimpi yang kudambakan
Aku hadir disini sebagai pengelana khayalan
Tak apa aku berteman dengan hujan
Hidup di tengah kelelahan
Asal semua mimpi bisa kuwujudkan
Demi semua doa yang selalu ibu panjatkan
Dari semua tetes air mata kesedihan
Saat adik-adik tak mampu berjalan

Aku hadir untuk menggali ilmu
Dimulai dari bintang kecil yang meninabobokanku
Hingga akhirnya aku terbangun dari lelapku
Mentari,
Inilah sebuah kisah seorang manusia penggembara jalanan batu

Dosa

Tahukah kamu?
Malam ini aku menangis
Aku tersiksa atas semua jejak yang telah ku ukir
Aku merindukan klise yang dulu kurangkai
Aku merasa ternodai oleh jejak ini
Hatiku benar-benar sesak
Aku ingin berteriak bahwa aku salah
Aku cukup tersiksa dengan rindu ini
Yang aku bayangkan hanyalah potret maya
Tapi memang kamu tak tahu
Karena kamulah Dosaku

Aku Rapuh

Ketika aku terbangun dan kusadar sukmaku tertinggal di dalam mimpi
Aku rapuh
Ketika aku sadar bahwa nafas di dunia ini semakin menyempit
Aku rapuh
Inilah hidup yang Ayah dan Ibu dongengkan
Dan aku rapuh sekarang
Namun lebih tepatnya aku mayat yang bernafas di dunia ini

Ayah,
Tak tahukah aku rindu akan sosokmu?
Akan hati yang teguh
Aku tak bisa menjadi itu
Dan aku rapuh sekarang!
Ibu,
Inilah tempatku mengadu
Di depan kain putih nan suci
Air mata ini membatu
Karena buah hatimu rapuh sekarang

Tuhan,
Aku rapuh karena aku merasa jauh dari asama-Mu
Apa bisa aku kembali ke jalan-Mu?
Dan bersedih dengan lantuan doaku

Jumat, 11 Mei 2012

Patahan sayap

Wahai kau yang baik hatinya,

Hai, apa kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu apalagi untuk bertegur sapa denganmu aku tidak sanggup. Ternyata lama juga waktu yang aku ulur untuk menulis dan menjelaskan tentang bagaimana dan apakah yang telah terjadi. Mari kumulai satu persatu menjelaskan semuanya.

Aku adalah hati yang naif dengan mimpi-mimpi tingggi, namun menemukanmu pertama kali entah mengapa sangat tidak menyenangkan bagiku karena kau begitu tinggi buatku tak percaya dan meragukan perilakumu saat itu. Namun takdir merangkul pertemuan yang mendekatkan aku dan dirimu dan pada awalnya aku tidak yakin bahwa kamu akan mendekatiku yang naif ini. Tidak perlu lama untuk mengenalmu dan memang kau adalah seseorang yang amat baik untuk membuatku canggung karena segan. Namun aku tak cukup menyangka bahwa kau akan memberanikan diri untuk mengungkapkan apa perasaan yang kau miliki dan sungguh saat itu hanya perasaan segan yang kumiliki tanpa ada perasaan lain yang tumbuh dihati. Pernyataan darimu pun tidak berjalan begitu lancar karena perasaan lain harus terungkap dan membuatku harus menyakitimu untuk pertama kali, aku pikir kau akan mundur namun pikiranku salah. Kau maju dengan keraguanku dan itu yang membuka langkah awal untuk kita berjalan dalam kisah lain.

Selama jalan yang kita ukir, aku cukup menyadari bahwa aku bukanlah seseorang yang siap untuk berjalan denganmu. Kita hanya bertengkar satu kali dan hanya itu, pertentangan tentang mimpi tinggi yang ku bangun serta apa yang kau yakini saat ini dan hari itu masih teringat jelas di kepalaku. Hari itu, membuatku terus berpikir bahwa aku yang begitu egois dan ingin berjalan sendiri dengan mimpiku, tidak menyukai dirimu yang ku anggap mudah untuk menggapai apa yang menjadi kurangku. Aku pun tidak mampu memberi 'perhatian' yang kau harapkan karena aku tahu hari ini bahwa saat itu aku tidak mengerti dan tidak sanggup menyayangi. Sayangnya aku pun tidak menyukai kau yang menunjukan kelemahanmu bahkan aku pun tahu bahwa untuk beberapa waktu kau merekayasa sesuatu untuk mengharapkan apa yang kau inginkan namun sekali lagi, aku tahu dan sengaja ingin menyakitimu. Namun, kau begitu baik dan santun, kau yang selalu menyanjung keluargaku, mengerti bagaimana mereka dan mengingatkan selalu tentang mereka membuat sebuah perasaan mengalir. Kau, yang sanggup mengimbangi pemikiranku, diskusiku, dan perbincanganku membuat aku begitu nyaman untuk berbincang banyak denganmu. Begitulah, aku memiliki pro kontra tentang dirimu.

Sayangnya, aku melakukan sebuah kecurangan dan kau mengetahui itu namun kau hanya diam dan mencoba pura-pura tidak memahami segalanya. Padahal itu adalah upayaku untuk menjauhimu dan tahukah? Aku lama membangun rencana untuk berpisah denganmu, aku tahu, aku begitu jahat saat itu karena disamping lain aku pun membenci diriku yang kadang mencemburuimu. Dan, tibalah saat aku benar-benar memutuskan segalanya dan kurasa kau pun tahu itu dan akupun menangis, sungguh saat itu aku sangat bersedih dan mungkin aku akan menyesal. Esoknya pun kau yang baik itu membawakan bunga untukku, dan tahukah itu begitu menyayat hatiku karena aku tahu aku masih memiliki perasaan untukmu namun aku begitu naif karena aku tahu kau merekayasa beberapa hal karena aku bukanlah yang tepat untukmu. Aku pun sadar aku tidak boleh menghadapimu dan aku membiarkanmu menunggu untuk waktu yang sangat lama bukan? Maafkan aku.

Sejak itulah aku tahu bahwa kau memiliki perasaan yang sungguh-sungguh kepada diriku dan aku begitu membenci diriku yang membuatmu merekayasa beberapa hal. Sayangnya, untuk tidak disukai lagi olehmu adalah sama halnya untuk dibenci dirimu, dan tahukah apa yang aku lakukan? Aku harus menjadi seseorang jahat, seseorang yang tidak mampu kamu kenal lagi dan aku yang saat itu benar-benar merubah diriku dan ya, aku benar-benar menyesali itu. Aku melakukan segalanya untuk menjadi seseorang yang berbeda hanya untuk dibenci dirimu, dan disaat kau menatapku dengan tatapan kecewa tahukah kau? Harusnya aku senang, namun sayangnya aku marah dan membenci diriku sendiri dan aku begitu naif untuk mengatakan bahwa aku ternyata memiliki perasaan kepadamu. Namun aku yang naif ini tidak mengerti bagaimana harusnya aku bertindak sehingga aku malah menjadi untuk melanjutkan langkahku untuk dibenci olehmu. Ya, aku amat sangat menyesal. Saat ini, aku hanya mengandai-andai apa yang terjadi jika dari awal aku tidak menerimamu untuk berjalan bersama. Aku pikir itu akan lebih baik.

Dulu, aku pikir bahwa beberapa tahun kemudian segala hal akan menjadi sembuh dan kembali kepada awalnya dan disaat itu aku akan berjalan kepadamu untuk memberitahukan segalanya dengan jelas tanpa naif yang dulu dan akan mampu menetralisir segalanya. Namun, nyatanya aku salah. Kamu sudah dengan duniamu, dengan aku yang pernah menyakitimu dan dia berada di sampingmu. Seseorang yang dulu aku sengaja biarkan ia disampingmu untuk mengobatimu yang terluka oleh diriku. Aku tidak tahu, apakah sampai saat ini kau tidak mampu mengenalku namun sayangnya aku belum bisa menjelaskan dan meminta maaf dengan baik kepadamu. Sayang sekali bukan? Aku pun masih merasa salah akan banyak hal, yang membuatku enggan mengingat masa-masa itu. Aku hanya mampu menjelaskan lewat tulisan ini, aku hanya ingin kau tahu bahwa memang aku menyesali tentangmu yang baik hatinya kepadaku.

Selamat atas kebahagiaanmu saat ini, semoga kau selalu bahagia dengannya dan maafkan aku yang pernah merubah diriku hanya untuk dibenci olehmu. Selamat mendarat, seseorang yang pernah menjadi patahan sayapku.

Selasa, 08 Mei 2012

Ki-Ta

Aku dan kamu
Khayalak air dan api tak bisa bersatu
Dan ku utarakan rasa kesalkan pada angin
Angin selalu meniupmu jauh dari kehidupanku
Kamu dan aku
Seperti partikel yang angkuh untuk dipersatukan
Kisah yang terlalu berbeda
Sorotan kedua bola mata yang tak sama
Hingga kita hanya terbentuk atas diferensasi
Kita tak satu
Kita itu dua
Kita bukan angka nol
Namun pecahan yang tak berbilang
Karena
Aku dan kamu
Sama seperti Kamu dan Aku
Hidup dan mati
Atau mati dan hidup

Seperti 'Kata Ayah'

Kata ayah
Lakuku harus tegar
Agar aku tetap bertahan meski aku tercampakan
Kata ayah aku harus hadapi
Karena aku telah terlatih untuk menyelsaikan ini
Kata ayah
Aku harus tinggalkan ini
Namun ini terlalu sulit
Karena bahagiaku terletak disini
Tepat didentuman nadi
Aku terus berlari dari tepian langit nan tinggi
Menjauhi sabana ataupun gurun pasir
Karena aku suka itu
Bukan artinya aku tak patuhi
Namun kali ini egoku tak terkendali
Ayah bisakah kau pahami?
Bahwa putri kecilmu
Ingin dilihat saat dia terjatuh dan mencoba terbangun lagi