Laman

Sabtu, 07 Maret 2015

Kisah Bimasakti: Kelahiran Xena

Aku adalah sebuah planet baru, planet yang belum lama diketahui mengorbit dan berotasi di Bimasakti. Tidak banyak yang menyadari keberadaanku, kecuali mereka yang memang tergila-gila pada langit dan isinya. Aku hanyalah sebuah bagian kecil dari Bimasakti, yang berada di orbit paling luar, terlihat bagai partikel debu di luasnya Bimasakti.
Suasana di galaksi ini tidak begitu asing, aku memang dilahirkan di sebuah galaksi yang begitu tersohor. Sebuah galaksi yang penuh gemerlap, sebuah galaksi yang memuat kehidupan. Warna setiap partikel yang ada ditubuhku adalah biru, karena disetiap zat yang ada ditubuhku ini adalah air seperti layakya Neptunus dan Uranus.
Aku menikmati rotasi demi rotasi yang terjadi, revolusi demi revolusi. Aku melihat begitu banyak planet lain di sini, terusun, berputar didalam sebuah orbit dengan Sang Surya sebagai pusatnya. Semua berjalan normal, tidak ada yang istimewa, hingga saat itu tiba, saat ketika aku berpapasan dengan Venus, dewi diantara para planet, dewi yang dikagumi oleh seluruh isi Bimasakti.
Pengalaman itu begitu membekas. Aku begitu lama mengamatinya, mengintip dibalik  raga para planet lain, planet yang jauh lebih dekat dengannya, planet yang memiliki kedekatan lebih awal dengannya.  Suaranya begitu jelas terdengar, merdu, setiap baris kata yang terucap selalu memiliki makna yang menarik untuk digali, kata-kata yang menjadi candu bagiku untuk selalu mendengarnya. Tanpa terasa, aku telah jatuh  kepadanya. Sebuah planet yang memiliki cahaya putih, revolusi yang begitu cepat begitu memukau seisi Bimasakti.
Gila memang, aku mengagumi sosok Venus yang begitu sempurna, sosok Venus yang telah mampu membuat Sang Surya takluk dihadapannya, yang mampu membuat Saturnus dan Uranus saling berebut berada lebih dekat dengannya.
Venus, aku kini begitu memujanya. Kadang bahkan dengan nekatnya aku mencoba memasuki  orbitnya. Bodoh memang, sebuah planet antah berantah sepertiku mencoba memasuki orbitnya yang bahkan tak dapat ditembus oleh Yupiter, Uranus, Saturnus bahkan Sang Surya. Aku telah larut dalam sebuah kekaguman yang membodohkan, kekaguman yang mebutakan, kekaguman yang merambat perlahan menuju inti.
Begitu sering aku memaksa mendekat, mencoba untuk berbicara, hingga akhirnya Venus bersedia memberikan sedikit waktunya. Memberikan sedikit waktu untuk dihabiskan dengan aku, sang planet kecil yang bahkan tidak bernama begitu indah. Menghabiskan sedikit waktunya untuk membahas kisah – kisah hidupnya yang aku lewatkan. Memberikan sedikit waktu, yang ternyata menjadi sebuah awal dari sebuah kisah yang entah akan jadi seberapa panjang.
Siapa sangka, planet seanggun Venus ternyata menyimpan kisah yang begitu memilukan, kisah mengenai perjuangan serta pengorbanan yang dibalas dengan pengkhianatan. Kisah yang memberikan pelajaran tentang kerelaan, kesabaran, keikhlasan dan kepedulian. Aku mematung, aku membatu ketika ia berbicara tentang Sirius. Sirius adalah bintang yang paling bersinar di jagad raya bahkan cahaya birunya begitu indah tetapi ia memang sudah memiliki sosok bintang lain yang ditakdirkan oleh langit yaitu Vega. Ternyata hati Sang Dewi tidak akan bisa diketuk begitu mudah, begitulah yang meteor ceritakan ketika melihat Sang Dewi dari kejauhan. Aku merasa semakin menciut, perlahan ingin kutarik diriku dari dekatnya lalu menghilang, aku merasa tak sebanding dengannya. Dengan kisahnya. Hanya saja inti ini ternyata masih menolak. Tidak ada tenagaku yang sanggup menjauh dari sinar putihnya, bahkan menolak bayangnya pun aku tidak bisa. Lalu aku bertekad untuk melanjutkan kisah ini, sampai dimana ia berhenti akan aku ikuti alurnya. Biar langit memperhatikan, walau aku tidak merasa pantas, walau aku lebih takut tidak terbalas namun perasaan ini memaksa dan mengakar untuk melanjutkan kisah ini, kisah yang entah akhirnya seperti apa.
Venus memang berbeda, dia memiliki keanggunan dan keteguhan layaknya seorang putri. Dia adalah sosok yang menarik, bodohnya Sirius yang kalut dalam ego hingga melepaskan Venus.


(Sebuah karya kolaborasi dari Bimasaki)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar